01 June 2004

Saya Mencintai Puteri Bungsunya

Semalam, di atas motor, saya berbicara begini pada langit gelap. "Pak Narso, saya ingin bertemu Bapak. Jika Bapak berkenan, hadirlah dalam sebuah kesempatan yang membuat saya tidak takut." Saya membayangkan angin menyampaikan niat hati saya.

Kemudian malamnya saya bermimpi. Seorang lelaki setengah baya dengan rambut yang memutih menghampiri saya yang tengah duduk sendiri di sebuah taman. Saya belum pernah bertemu dengan orang tua ini. Saya hanya pernah melihat fotonya yang di gantung pada dinding kamar.

Dalam mimpi saya, orang tua ini mengenakan pakaian seperti jubah berwarna putih. Airmukanya segar. Seulas senyum yang damai disunggingkan ketika dia mengambil duduk di sebelah saya. Tanpa berbasa-basi saya katakan kepadanya betapa saya sangat mencintai puteri bungsunya. Dia hanya mengangguk, tersenyum, dan menepuk-nepuk pundak saya sebelum sosoknya lenyap serupa kabut. Ketika saya bangun pagi hari, saya masih merasakan tangannya di pundak saya.