10 February 2009

Tukang sampah itu bekerja sendiri

Pagi pertama di kota Berlin. Saya belum bisa bersahabat dengan musim dingin. CNN melaporkan suhu udara kota ini 1 derajat celsius. Rasanya saya bisa memahami kenapa jalan-jalan di kota ini terlihat sepi. Orang Jerman aja males keluar rumah, apalagi saya yang orang tropis dan baru kali pertama merasakan dingin seperti ini.

Pagi itu saya menunggu bis di halte yang jaraknya hanya 50 meter dari apartemen saya di Buckower Damm. Aktivitas di seberang jalan menarik perhatian saya. Sebuah truk tertutup berhenti di sana. Sopirnya turun dan menarik tuas yang terletak di sisi belakang truk. Pintu belakang truk membuka keluar, sisi atasnya turun ke bawah dan membentuk bidang datar. Kita bisa berdiri di atasnya.

Sopir itu kembali memainkan tuas dan bidang datar itu turun hingga menyentuh aspal jalan. Si sopir kemudian berjalan ke arah bak sampah besar beroda yang terletak di pinggir jalan yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempat truk berhenti. Ia mendorong bak sampah itu ke atas bidang datar yang notabene adalah pintu belakang truk. Tuas kembali di mainkan, bidang datar itu naik hingga sejajar dengan dasar truk. Ia melompat atas bidang datar dan mendorong bak sampah masuk ke dalam truk. Setelah itu ia turun lagi, memainkan tuas, dan pintu truk tertutup.

Sangat mengesankan. Petugas sampah di negeri ini bekerja sendiri. Di kompleks perumahan saya di Bekasi, saya melihat setidaknya ada empat orang petugas sampah dalam satu truk yang sangat bau. Satu orang sopir dan tiga orang lainnya keliling dengan keranjang rotan memunguti sampah di setiap bak sampah depan rumah. Sampahnya berceceran di jalan. Sangat tidak efisien. Tetap kotor. Bau pula.

Di sini sampah terkelola dengan baik. Selalu ada lima kotak sampah dengan empat atau lima warna di tempat penampungan sampah di sisi apartemen atau di pinggir jalan. Tiap warna memiliki arti. Bak sampah berwarna jingga untuk sampah-sampah organik yang bisa didaur ulang; biru untuk sampah kertas; kuning untuk sampah plastik; dan hijau untuk gelas. Nah, kalau bingung sampahmu masuk kategori mana ada warna khusus untuk mereka yang bingung, hitam.

Tapi di Indonesia, repot juga kalo semuanya serba efisien. Lha, trus pada kerja apa nanti orang-orang di tanah air…:p

No comments: