11 April 2013

Maria dan La Sagrada Familia

La Sagrada Familia.

Berjalan kaki sekitar 30 menit dari ujung Jalan Paseig de Gracia, menyusuri Diagonal Avenue di tengah rintik gerimis menjelang siang, saya tiba di sisi barat La Sagrada Familia, bangunan gereja yang amat masyhur di Barcelona, Spanyol.

Saya tercenung di seberang jalan. Bangunan ini besar sekali. Sagrada Familia tampak bagai raksasa dengan menara-menara lancip menjulang ke langit ala bangunan neo-gothic. Di sela-sela menaranya tampak tiga buah crane dan rangkaian perancah bertumpuk di sana-sini menandakan gedung gereja ini masih dalam proses pembangunan.


Sagrada Familia adalah salah satu ikon Kota Barcelona. Ia merupakan satu dari sekian karya monumental arsitek besar Antonio Gaudi (1852-1926) yang menghiasi Provinsi Catalan ini. Gedung-gedung dengan arsitektur unik Gaudi merupakan destinasi utama turisme.

Gerimis belum reda. Suhu 8 derajat celsius dan angin yang menusuk kulit seolah tak menyurutkan antusiasme antrean panjang puluhan turis yang mengular di pintu masuk. Sementara sejumlah turis lain asyik berfoto-foto dengan latar gedung gereja di taman tempat saya berdiri.

Spanyol, seperti juga negara-negara di Eropa,memang piawai menjaga gedung-gedung bersejarah mereka menjadi tujuan wisata. Jauh berbeda dengan Jakarta yang terkesan menjadikan gedung bersejarah sebagai tempat kumuh tak terurus.

"Anda berdiri di depan fasad passion," sebuah suara mengejutkan saya.
"Halo, saya Maria, petugas bus pariwisata," seorang wanita muda menjulurkan tangannya mengajak saya salaman.
"Saya lihat kamu cuma berdiri diam dari tadi, tidak ingin masuk?" tanyanya. Rupanya ada yang mengamati saya sedari tadi.
"Tentu saya ingin masuk ke dalam gereja, tapi antrean terlalu panjang. Saya tidak punya banyak waktu. Masih ada tempat lain yang ingin saya kunjungi," balas saya.

Maria mengenalkan diri sebagai petugas bus pariwisata. Di depan Sagrada Familia ada dua shuttle bus pariwisata. Satu untuk rute hijau, satu lagi rute biru. Para wisatawan dapat keliling kota dengan bus ini. Tak jauh dari shuttle bus ada posko informasi wisata. Barcelona memang memanjakan para turis dengan layanan informasi wisata yang memadai.

Tiga sisi muka

Maria bercerita, jika tak sempat ke dalam, kita bisa menikmati Sagrada Familia dari luar, terutama menikmati detail pahatan di tiga sisi muka bangunan raksasa ini. La Sagrada Familia, kata Maria, memiliki tiga sisi muka atau fasad yaitu nativity, passion, dan glory.

Gaudi mempertimbangkan dengan detail makna letak tiap sisi muka sesuai dengan arah mata angin. Arsitektur Sagrada Familia seolah mencerminkan totalitas spritualitas iman Gaudi sebagai penganut Katolik Roma. Setiap dindingnya bercerita tentang kisah hidup Yesus.

Sisi muka nativity terletak di sebelah timur di Jalan Marina. Timur adalah tempat matahari terbit. Detail pahatan pada sisi muka ini berkisah tentang kelahiran dan kehidupan Yesus. Dengan ini Gaudi ingin menggambarkan Yesus seperti fajar. Kelahiran-Nya membawa harapan kehidupan bagi manusia.

Di sisi barat di Jalan Sardenya, tempat saya berdiri, adalah sisi muka passion. Sebagaimana matahari terbenam di ufuk barat, sisi muka ini menggambarkan akhir kehidupan Yesus. Pintu gereja di depan saya berhias patung-patung yang bertutur tentang kisah sengsara Yesus di atasnya. Persis di sisi tengah fasad, pada puncak di atas pintu katedral, bertengger sebuah patung salib yang sangat besar. Di sekitarnya, penuh ornamen fragmen kisah Jalan Salib.

Sementara, sisi selatan di Jalan Malorca disebut fasad glory yang menggambarkan karya-karya keselamatan Yesus di dunia. Sisi muka ini belum selesai dibangun.

“Gaudi menjadikan alam sebagai inspirasi utama arsitektur gereja ini. Kalau kamu masuk ke dalam, kamu akan bertemu dengan berbagai ornamen alam seperti dahan dan ranting-ranting pohon yang merambat, daun, bunga, buah pinus, dan macam-macam. Gaudi seperti ingin memindahkan nuansa alam dalam desainnya. Dari seluruh rancangan desain ini, ia seolah ingin mengatakan bahwa kehidupan ini berpusat pada Yesus,” paparnya. 

Sisi muka passion di Jalan Sardenye.
 Tak kunjung selesai

Mendengar penjelasan Maria, saya tergerak untuk beranjak mengitari sisi-sisi luar Sagrada Familia. Belum lagi kaki saya melangkah, gerimis turun cukup besar. Maria mengajak saya berlari kecil ke posko informasi wisata, sekitar 20 meter dari tempat kami berdiri. Kami berlindung di bawah atap kecil posko informasi itu. Maria tak henti bercerita. Saya senang mendapat pemandu wisata gratis siang itu.

“Kamu tahu berapa lama gereja ini dibangun?” tanya Maria.
“Saya baca di internet sejak 1883,” jawab saya.
“Betul. Sagrada Familia mungkin satu-satunya gedung di dunia yang pembangunannya butuh waktu paling lama. Sudah 130 tahun dan tak kunjung selesai.”
“Kenapa begitu lama?” tanya saya.
“Rumit. Penuh ornamen pahatan di sana-sini.”
“Lantas kapan selesainya.”
“Pemerintah bilang 2025. Tapi, saya tak percaya,” jawab Maria Sangsi.

Sebenarnya, Gaudi bukan arsitek pertama yang merancang Sagrada Familia. Mulanya, gereja ini dibangun oleh arsitek Francesc de Paula del Villar. Hanya setahun menangani pembangunan gedung gereja, Villar mengundurkan diri. Gaudi lantas ditunjuk meneruskannya. Selama 42 tahun, Gaudi menghabiskan waktunya membangun Sagrada Familia.

Sagrada Familia berarti keluarga kudus, yang mengacu pada Josef, Maria, dan anak mereka Yesus. Dalam iman Katolik, mereka disebut keluarga kudus dari Nazareth. Gereja ini dirancang memiliki 15 menara dengan ketinggian berbeda. Menara paling tinggi disebut menara Yesus, 170 meter. Lalu, menara Perawan Suci merujuk pada sosok Maria dengan tinggi 125 meter. Satu menara dipersembahkan kepada ayah Yesus, Josef. Menara lainnya dipersembahkan untuk para nabi.

Cita rasa desain Gaudi memang unik, non-konvensional, serasa keluar dari pakem. Arsitektur Sagrada Familia tampak menyeruak secara visual di tengah belantara bangunan di kota Barcelona yang monoton berbentuk kotak-kotak. Gaudi menaruh perhatian serius pada detail ukiran, pahatan, dan tiang-tiang bagunan yang tak bersudut, meliuk-liuk seperti ombak. Ia seolah tak suka dengan garus lurus.

Sayang, Gaudi tak sempat menikmati rancangan totalitas imannya. Ia meninggal ditabrak kereta pada 1926. Ketika ia meninggal, pembangunan Sagrada Familia baru rampung 20 persen. Rancangannya tidak hanya rumit, tapi juga berimplikasi pada biaya pembangunan yang tidak kecil.

Pembangunan Sagrada Familia sempat terhenti pada tahun 1935 saat gereja itu rusak akibat perang sipil Spanyol. Menurut Maria, pembangunan kembali dilanjutkan sekitar tahun 1950-an dengan dana dari donatur. Sejak Sang Arsitek meninggal, rancangannya mengalami modifikasi dan tak juga kunjung selesai hingga kini.

Entah berapa biaya yang sudah dikeluarkan. Entah, adakah juga catatan berapa generasi tukang batu, pemahat, seniman yang terlibat dalam pembangunan ini. Sagrada Familia bukan sekadar gedung gereja. Ia adalah cermin totalitas iman. Pembangunannya mungkin juga seperti perjalanan rohani manusia yang tak kunjung selesai.

Gerimis pun mulai reda. Sudah lewat tengah hari. Saya pamit pada Maria meneruskan perjalanan menyusuri Barcelona.

Dimuat di Kompas.com Selasa, 2 April 2013 | 14:24 WIB

No comments: