06 September 2008

Trip to Babel (3)

Mie Belitung dan Secangkir Kopi Ake

Di Belitung ada dua kedai mie yang sering disebut-sebut: Kedai Mie Acu dan Atep. Tour Kuliner Jalansutra memilih Mie Atep sebagai santapan pagi kami. Andrew tidak sedang bercanda ketika meminta kami menebak yang manakah Kedai Mie Atep.

Ada banyak ruko di sepanjang Jl Sriwijaya, Tanjung Pandan, Belitung. Tapi, kami tidak menemukan tulisan “Atep” di ruko-ruko itu. Andrew menunjuk satu ruko yang di depannya terpampang beberapa kain spanduk voucher telepon seluler. Setelah menghampiri ruko itu kami baru yakin bahwa itu memang kedai mie bukan kios penjual voucher.

Begitu menemukan kedai mie rombongan langsung menyerbu masuk. Melihat ada pelanggan berbondong-bondong si Enci penjual mie tergopoh-gopoh menyiapkan piring. Selain menjual mie kedai ini juga menyajikan nasi tim ayam.

Mie Belitung berbeda dengan Mie Bangka. Meski sama-sama masakah peranakan Mie Belitung tidak menggunakan babi. Bentuk mie-nya tebal disajikan bersama tauge, irisan tahu, irisan kentang, irisan bakwan dan ketimun dengan toping emping melinjo. Di atas mie disiramkan kuah kental rebusan udang berwarna coklat. Rasanya…hmmm….manis, asam, gurih, dengan wangi udang.

Ada minuman khas Bangka Belitung yang hampir selalu ada di setiap kedai makanan. Minuman ini begitu lazimnya seperti es jeruk di Jakarta. Namanya jeruk kunci. Jeruk kunci adalah jeruk kecil sebesar jeruk nipis. Rasanya asam. Biasanya 4-6 jeruk kunci dipadu dengan gula putih. Di tambah es minuman ini segar sekali untuk hawa Tanjung Pandan yang panas.

Tidak lama-lama kami di sana. Sepiring Mie Belitung Atep menjadi pembuka rangkaian tour kuliner kami. Good! Menu pembuka yang nikmat.

Secangkir Kopi Ake

Setelah menandaskan sepiring mie kami melanjutkan pagi di Tanjung Pandan dengan mengunjungi kedai kopi Ake. Letaknya tidak jauh dari kedai mie Atep. Kami berjalan beberapa ratus meter melingkar ke belakang deretan ruko. Di belakang ruko itu terdapat Pasar Tanjung Pandan. Warung kopi Ake terletak di tengah pertokoan di pasar itu.

Di antara bangunan toko berdinding kusam yang sebagian catnya megelupas ada sepetak pelataran. Di salah satu sisinya ada dua warung kopi. Cirinya khas. Ada banyak gelas di depan warung itu. Bangunannya jauh dari bagus. Beberapa bagian dinding warung itu gompal. Sementara atapnya dari seng yang sebagian sudah berkarat berwarna coklat tua kehitaman.

Di depan warung itu ada meja-meja kecil. Sebagian meja kayu sebagian lagi meja bundar dari semen. Jika ingin duduk di dalam juga ada meja panjang yang menempel di dinding.

Di Belitung, seperti halnya kebudayaan pesisir di Sumatera, orang minum kopi bukan sekadar menikmati kopinya. Jauh lebih penting dari rasa secangkir kopi adalah interaksi sosial dalam momen minum kopi itu. Maka minum kopi di kedai kopi akan kehilangan makna kalau kita menikmatinya sendirian. Berbeda dengan kedai kopi ala Starbucks di Jakarta dimana orang datang sendiri lalu membuka laptop.

Dalam tradisi Melayu pesisir minum kopi adalah momen berbagi cerita dan informasi. Juga momen untuk diskusi. Tak heran kalau menghabiskan secangkir kopi bisa mamakan waktu berjam-jam.

“Kalau Anda mau tahu ada apa di Belitung hari ini, tidak perlu membeli koran. Datang saja ke kedai kopi. Semua informasi akan Anda dapatkan di sana,”jelas Kusumah, pemandu perjalanan kami dari agen perjalanan setempat.

Kawasan warung kopi Ake dikenal dengan sebutan Kafe Senang. Entah darimana asal-usul itu. Dari dulu sudah disebut demikian. Warung kopi Ake sendiri sudah ada di tempat itu selama empat generasi. Warung itu kini dijaga oleh Akiong (53) anak Ake (75) yang sekarang tinggal di Jakarta. Warung kopi ini pertamakali didirikan oleh kakek Ake. Akiong tidak tahu tahun berapa persisnya warung kopi ini berdiri.

Baik di Bangka maupun Belitung secangkir kopi disajikan dengan cara yang khas. Bubuk kopi tidak dituang satu-satu ke masing-masing gelas melainkan diaduk dalam sebuah gelas besar. Dari gelas besar itu kopi dituangkan ke dalam gelas dengan saringan berbentuk seperti kaos kaki. Dengan cara ini ampas kopi tidak ikut dalam gelas yang disajikan kepada pelanggan.

Saya pernah minum kopi di beberapa kedai kopi di Jambi, Palembang, Medan dan Lhokseumawe. Dengan kadar kekentalan yang berbeda citarasa kopinya sama. Robusta. Di warung Ake kopi yang disajikan tidak terlalu pekat, meski warnanya hitam. Selain panas kopi di sana juga lazim disajikan dingin dengan es atau dicampur susu kental manis.

(Bersambung)

_______________
Mie Belitung Atep
Jl Sriwijaya 27, Tanjung Pandan, Belitung

Warung Kopi Ake
Di tengah Pasar Tanjung Pandan, Belitung
(tanya saja Warung Kopi Ake, semua orang di sana tahu)