06 September 2008

Trip to Babel (9)


Kesunyian yang Memikat di Pha Kak Liang

Dari Kampung Gedong kami kembali ke arah Kota Sungai Liat. Kurang lebih 3 km sebelum masuk kota minibus yang kami tumpangi berbelok ke kiri masuk ke jalan kecil berbatu. Kami menuju tempat wisata unik di Desa Kuto Panji, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka. Namanya Pha Kak Liang. Lokasinya kurang lebih 2 km masuk ke dalam dari jalan utama.

Pha Kak Liang adalah kelenteng yang didirikan di kawasan bekas penambangan timah. Lubang bekas galian timah yang disebut kolong membentuk danau. Di tengah danau itu didirikan gazebo dengan jembatan berkelok-kelok yang menghubungkannya dengan daratan. Di sisi danau di permukaan yang lebih tinggi ada kelenteng kecil tempat ibadah.

Di danau seluas kurang lebih 2 ha hidup ratusan bahkan ribuan ikan mas, bawal darat dan nila. Konon ikan di danau itu ada yang besarnya mencapai satu meter. Terang saja, karena sejak bibit ikan ditebar pertamakali tahun 1995 tidak pernah satupun ikan-ikan itu boleh ditangkap.

Kawasan Pha Kak Liang ditandai dengan gerbang berupa gapura raksasa tak berpintu. Melihat gapura raksasa itu saya teringat biara shaolin dalam film-film kung fu. Suasana di tempat itu sangat tenang. Tempat ini dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun. Angin berhembus semilir. Daun-daun cemara dan akasia bergesekan membuat lagu alam di siang yang terasa teduh.

Kalau berkunjung ke sini jangan lupa membawa bekal makan siang. Tidak ada pedagang berjualan di sini. Siang itu di pinggir danau telah disediakan sejumlah makanan kecil pengganjal perut. Ada lakso, hidangan khas bangka berupa mie yang terbuat dari tepung beras dengan kuah kari berwarna kuning. Kali ini saya tidak tertarik sedikitpun dengan makanan. Seketika saya terobsesi dengan keheningan di Pha Kak Liang.

Beberapa teman tampak pula bergegas melintasi jembatan menuju gazebo di tengah danau. Kita bisa membeli makanan ikan berupa dedak yang dijual Rp 2000 per kantung plastik kecil. Tapi, ikan-ikan di Pha Kak Liang juga suka dengan nasi putih atau roti. Berbagi makanan dengan ikan-ikan itu sungguh menyenangkan. Mereka berebutan muncul di permukaan menimbulkan suara kecipak air.

Jika Anda tidak suka kesunyian Anda akan membenci tempat ini. Laiknya sebuah rumah doa Pha Kak Liang adalah tempat peristirahatan jiwa. Kesunyian di tempat itu memudahkan kita bertemu dengan diri sendiri. Konon, kata orang-orang suci, Tuhan hanya bisa ditemukan dalam kesunyian batin. Saya mengenang Pha Kak Liang sebagai kesunyian yang memikat.

(Bersambung)

_________________
Pha Kak Liang
Desa Kuto Panji
Kecamatan Belinyu
Kabupaten Bangka.

No comments: